Ridwan Kamil, M.UD.
Mendapat beasiswa S2 dan berhasil meraih gelar Master of Urban Design dari College of Environmental Design, University of California, Barkeley di Amerika Serikat. Arsitek muda Indonesia kelas dunia.
Seorang arsitek yang peduli pada lingkungan sosial.
Itulah sosok seorang Ridwan Kamil. Ia mengembangkan ilmu arsitektur yang dikuasainya untuk memecahkan masalah-masalah yang tejadi di sekitar kehidupannya. Tak perlu muluk mengubah dunia, lelaki yang akrab disapa Emil ini membuat taman bermain di Bandung, yang bisa digunakan anak-anak untuk mempelajari pencak silat, jaipong, dan kegiatan bermanfaat lainnya.
Dalam lingkup yang lebih besar, Emil pernah membangun sumur resapan di Bandung (daerah Kopo) untuk mencegah banjir.
Ia juga baru saja menciptakan Enerbike, yakni sepeda yang bisa menyimpan energi listrik.
"Setiap kali menggowes, maka energi listrik yang dihasilkan akan disimpan oleh baterai. Baterai itu bisa digunakan sewaktu-waktu ketika listrik tidak ada. Karena bentuk baterainya masih sangat besar, sepeda ini sementara hanya bisa digunakan di dalam rumah, seperti alat fitness jadinya. Enerbike ini sudah mulai saya sebarkan di kampung-kampung yang susah dialiri listrik. Jadi siang hari mereka menggowes di rumah, malam harinya baterai bisa digunakan untuk menghidupkan lampu," ujar Emil saat ditemui Kompas.com di Pacific Place, Jakarta, Kamis (28/7/2011) lalu.
Sarjana Teknik Arsitektur dari Institut Teknologi Bandung ini mendapat beasiswa S2 dan berhasil meraih gelar Master of Urban Design dari College of Environmental Design, University of California, Barkeley di Amerika Serikat. Sejak tahun 2004 hingga 2009 Emil telah meraih 12 penghargaan di Bidang Desain Arsitektur dalam lingkup Asia.
Beberapa contoh proyek yang ditangani Emil di antaranya Marina Bay Waterfront Master di Singapura, Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, Ras Al Kaimah Waterfront Master di Qatar, juga district 1 Saigon South Residential Master Plan di Saigon, Shao Xing Waterfront Masterplan (China), Beijing CBD Master plan, dan Guangzhou Science City Master Plan.
Tak hanya di negara lain, di Indonesia, tepatnya Jakarta, Emil menggarap Superblock Project untuk Rasuna Epicentrum. Dari luas lahan sebesar 12 hektar tersebut, dibangun Bakrie Tower, Epicentrum Walk, perkantoran, retail, dan waterfront. Namun semua pencapaian ini tak membuatnya puas dan berhenti.
Emil yang memiliki filosofi hidup to live is to give ini ingin selalu ingin menjadi extra value bagi orang lain. Ia masih memiliki tiga mimpi yang ingin segera diwujudkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi di kota-kota besar.
Proyek pertama yang ingin dibuatnya adalah shuttle bike, yakni pusat penyewaan sepeda di jalan-jalan protokol dan pusat bisnis Jakarta. "Saya membayangkan jika sekitar SCBD ada shuttle bike, jadi kalau mau jalan dari gedung ke gedung enggak usah pakai mobil, yang selama ini jadi salah satu penyebab macet. Shuttle bike nanti ada di beberapa titik, jadi kalau sudah sampai tujuan, sepeda bisa dititipkan dan dipakai lagi saat urusan selesai," jelas lelaki kelahiran 4 Oktober 1971 ini.
Proyek impiannya yang kedua adalah Green Box. "Saya membayangkan sebuah kotak seperti telepon umum zaman dulu, tapi dipenuhi dengan tanaman hijau di dindingnya. Di dalamnya ada nada suara burung, percikan air, juga aromatherapy yang menenangkan. Jadi untuk orang Jakarta yang stress, penat dengan pekerjaannya, atau setelah terjebak macet, masuk saja ke kotak itu. Saya berkhayal Green Box ini akan menyebar di seluruh sudut kota Jakarta," ungkap Pemenang Young Creative Enterpreneur Award tahun 2006 dari British Council ini.
Proyek impian ketiga adalah membangun creative center di kota-kota besar. "Saya membayangkan sebuah gedung yang isinya orang-orang kreatif. Selama ini kan orang-orang kreatif ngumpulnya di mal, di café, padahal tidak selamanya orang kreatif itu punya uang. Saya ingin membangun creative center yang akan jadi pusat berkumpulnya orang-orang kreatif. Jadi mau ngumpul saja, atau bikin kegiatan lainnya bisa menggunakan tempat itu, gratis," tambah Emil.
Kesibukan Emil saat ini adalah mengajar di almamaternya, masih terus menjalankan praktek di bidang arsitektur, dan melakukan kegiatan sosial. Kegiatan yang dibangun dan dijalankannya hingga kini adalah Bandung Creative City Forum dan Indonesia Berkebun (IDberkebun) yang sudah berjalan di 14 kota.
Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan sosial media yang selama ini dilakukan adalah menampilkan hasil karya arsitektur di Facebook, rutin memberikan kuliah di Twitter (atau yang lebih dikenal dengan istilah KulTwit), dan menulis blog.
Hingga kini Emil masih berdomisili di Bandung namun setiap Selasa dan Kamis berada di Jakarta untuk urusan pekerjaan.
Ia sangat bergantung pada gadget yang mendukung aktivitasnya. Kini ia membawa sebuah BlackBerry dan Notebook Vaio Seri Z. "Saya butuh gadget yang bisa mendukung saya untuk update kapan saja, bisa cek dan baca e-mail, Twitteran, chatting dalam perjalanan. Dan yang terpenting adalah ringan dan tipis, mudah dibawa ke mana-mana," tutupnya.
Bisakah Kota Bandung Menjadi Kota Yang Kembali Hijau Berbunga?
Sumber: Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar