Senin, 04 Januari 2010

Para Ilmuwan Hebat Indonesia

Ilmuwan Hebat Indonesia

Visi
"Mengumpulkan Data-data Ilmuwan Hebat Indonesia"

Misi

1. Tahun 2040 Indonesia memiliki 1 Juta Ilmuwan Hebat bertaraf Dunia

2. Membuat Kebun Ilmiah di Setiap Kabupaten Kota

3. Membuat Klub Ilmuwan Muda di Seluruh Kabupaten Kota di Indonesia

4. Memulai dari Kota dan kabupaten sendiri

5. Istikomah dan Hanya Mengharap Ridho Ilahi, amin

MITI :: Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia

1. Cara Bergabung dengan MITI
Kumnjungi:
a. http://www.miti.or.id/index.php?option=com_comprofiler&task=registers
2. Isi formulir ini:
Username: arip
Password: semangatpastibisa

Kategori ini memiliki 3 subkategori berikut, dari total 3.

A

F

M

[+] Matematikawan Indonesia (0)


Dalam situs resmi Comstech ( www.comstech.org/leading/indexes/index-2.pdf), yang dilansir Jumat (15/8/2008), enam orang Indonesia telah berhasil meraih index tertinggi dari Leading Scientist and Engineers of OIC Member States.

Enam wakil dari Indonesia yang membanggakan tersebut telah terpilih sekaligus terdaftar sebagai bagian dari para ahli medis dan insinyur yang dibentuk Organization of the Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan keenamnya termasuk diantara ratusan orang yang ahli dan memiliki poin tertinggi dalam susunan Committe on Science and Technological (Comstech).

Pada urutan pertama terdapat Muhilal (Medis) dengan poin 2145, lalu Tjia May On (Fisika) dengan poin 1312. Sedangkan Koo Hendrik Kurniawan (Fisika) dengan poin 947. Disusul Effendy (Kimia) dengan poin 817. Juga masih ada Terry Mart (Fisika) dengan 791, serta Gunawan Indrayanto (Medis) dengan poin 708.

Sudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan, ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.

Ilmuwan Indonesia yang Brilian

Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.

Suhendra misalnya. Pria kelahiran Jakarta, 17 November 1975 itu, saat ini bekerja pada Badan Peneliti Jerman, BAM di Berlin. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu berhasil bekerja sebagai peneliti di Jerman setelah meraih gelar doktor di sebuah univeritas teknik di Jerman. Uniknya, Suhendra yang ahli di bidang metal eksplosif itu membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan dan mengumpulkan botol bekas.

Jabatan yang diraih Andreas Raharso mungkin membuat kita berdecak kagum. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group yang berkantor di Singapura. Hay Group sendiri mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pimpinan dunia seperti Amerika serikat, Perancis dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas Raharso cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.

Satu lagi orang Indonesia yang berhasil menduduki posisi penting adalah Profesor Yow Pin Liem. Pria 49 tahun asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah pimpinan dan pendiri sebuah perusahaan riset Pro Thera Biologisc di Rhode Island, Amerika Serikat. Di tempat riset Prof Yow ini sudah banyak berkontribusi melakukan penelitian terutama masalah pemahaman seputar molekul kanker dan anthrax.

Barangkali gelar akademis yang diraih Kent Sutanto ini tentulah langka. Pria kelahiran Surabaya 1951 silam itu meraih gelar doktor di Jepang. Tidak tanggung-tanggung gelar doktor yang diraih Kent di negeri sakura itu sebanyak empat gelar dari universitas yang bebeda. Saat ini Kent Sutanto mengajar di Universitas Waseda, kampus almamaternya. Selain itu Kent Sutanto juga sebagai dosen tamu di Universitas Venesia, Italia. Karena otaknya yang cemerlang, pria asal Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang itu mendapat kepercayaan pemerintah setempat duduk di MITI, semacam Departemen dan Perindustrian Jepang.

Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Walau kondisi pendidikan di tanah air dirasa masih belum kondusif mereka mampu menembus ruang dan waktu berkiprah cemerlang di tingkat internasional. Mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya.

DR. Warsito in NASA


"NASA has used ECVT technology in their research toward applications in imaging dielectric objects during space mission".

Editorial, Industrial and Engineering Chemistry Research, 2009, 48(1),pp 2-3
NASA PAKAI TEKNOLOGI TEMUAN WARSITO

Koran Tempo, 22 Januari 2009.



Jakarta -- Teknologi ECVT (electrical capacitance volume tomography) yang dikembangkan Dr Warsito kini dipakai Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. "Guna penerapan pada pemindaian obyek dielektrika pada saat misi antariksanya, " demikian tulis editorial jurnal Industrial and Engineering Chemistry Research edisi Januari 2009, yang diterbitkan oleh American Chemical Society.

ECVT adalah sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang mampu menghasilkan citra obyek volumetrik dan real time (seketika). Teknologi ini telah dipatenkan oleh Dr Warsito, Center for Tomography Research (CTECH Labs) yang berpusat di Tangerang, bersama rekan kerja-samanya, Prof L.S. Fan dari Ohio State University.

NASA, dalam jurnalnya yang dipublikasikan di Measurement Science and Technology yang terbit di Inggris, menyatakan telah memanfaatkan teknologi ECVT untuk memindai keberadaan air di permukaan luar pelapis sistem pelindung panas pada dinding pesawat ulang-aliknya. Teknologi ECVT mampu menghasilkan citra volumetrik dan real time dari konsentrasi air yang terakumulasi pada dinding luar pesawat ulang-alik.

Material pelindung panas pada dinding luar pesawat ulang-alik biasanya terbuat dari bahan keramik yang sangat rentan terhadap akumulasi air pada permukaannya. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding pesawat saat peluncuran akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi. Teknologi ECVT membantu mendeteksi keberadaan akumulasi air di dinding luar pesawat alang-alik untuk mencegah kerusakan selama misi ke antariksa.

Selama ini teknologi ECVT telah banyak membantu memahami karakter dan dinamika fluida multifase dalam berbagai macam proses dan reaktor kimia. Riset yang berkaitan dengan dinamika fluida dengan memanfaatkan teknologi ECVT telah dilaksanakan secara intensif di Ohio State University, University of Cambridge, dan Laboratorium Morgantown milik Departemen Energi Amerika Serikat. "Pemanfaatan teknologi ECVT untuk aplikasi di pesawat antariksa adalah yang pertama kali dilakukan oleh NASA," kata Warsito kepada Koran Tempo kemarin.

CTECH Labs memproduksi serta menyuplai sistem ECVT dan software yang dipakai di berbagai institusi riset tersebut. Jurnal Industrial and Engineering Chemistry Research juga menulis penemuan dan pengembangan teknologi ECVT telah memberikan pengaruh yang sangat besar di seluruh dunia dalam riset tomografi untuk proses industri.

cek artikel yang lain disini :
http://www.edwartechnology.com/index.php?option=com_content&view=article&id=66:dr-warsito-in-nasa&catid=34:latest&Itemid=18

Dr. Warsito 

 

 


Dr. Warsito (Solo, 1967) adalah seorang penemu alat pemindai tubuh (tomografi) yang lebih murah dan akurat yang dinamakan ECVT (electrical capacitance volume tomography) [1]. Warsito meraih gelar doktor dari Universitas Shizuoka Jepang tahun 1997. Dia memulai riset tomografi ini sejak tahun 1991 ketika masih menjadi mahasiswa S1. Saat itu ia masih mengembangkan tomografi ultrasound yang bertujuan untuk mendeteksi kepekatan gas dan partikel di dalam reaktor berfasa banyak [2]. Selain melakukan penelitian, Warsito juga mengajar di Sekolah MIPA dan Fisika, Universitas Indonesia, mengarahkan murid-murid postdoctoral dari Universitas Negeri Ohio, Universitas Negeri Washington dan Universitas Shizuoka.


Publikasi Dr. Warsito
  • W Warsito and L.-S.Fan, Neural network based multi-criterion optimization image reconstruction technique for imaging two- and three-phase flow systems using electrical capacitance tomography, 2001, Meas. Sci. Technol., 12, 2198-2210.
  • Warsito W. Fan L.-S; ECT imaging of three-phase fluidized bed based on three-phase capacitance model, Chemical Engineering Science, 2003.
  • Bing Du, W. Warsito, and Liang-Shih Fan, ECT Studies of Gas-Solid Fluidized Beds of Different Diameters, AIChE Journal, 2004.
  • W. Warsito and Liang-Shih Fan. 3D-ECT Velocimetry for Flow Structure Quantification of Gas-Liquid-Solid Fluidized Beds, Canadian Journal of Chemical Engineering, 2003.
  • W. Warsito, Q. Marashdeh and Liang-Shih Fan. Electrical Capacitance Volume Tomography, IEEE Sensors Journal, 2007, 7,525-535.

Catatan:
  • Tempo (Edisi. 44/XXXV/25 - 31 Desember 2006)
  • Marsudi Budi Utomo, ECVT, Teknologi Fotokopi 3 Dimensi. Iptek Mancanegara, Sabtu, 00:25:36. 8 Juli 2006.
  • Multa Fidrus, Warsito: Key researcher into a vital analytical tool, Features, The Jakarta Post, Tangerang, March 25, 2006.

MITI Meluncurkan Lembaga Riset Virtual,

Menjaring Ilmuwan Indonesia di Seluruh Dunia

Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) meluncurkan lembaga riset virtual yang diberi nama Indonesian Virtual Research Laboratories (IVR Labs) pada tanggal 25 Januari 2009. Peluncuran dilakukan oleh DR. Warsito P. Taruno, ketua umum MITI berlokasi di Wisma Pemuda, Jakarta dan dihadiri oleh lebih dari 100 perwakilan MITI-Mahasiswa dari 45 kampus dari 20 provinsi di seluruh Indonesia.



IVR Labs merupakan sebuah institusi riset virtual yang mengorganisir ilmuwan Indonesia yang tersebar di dalam dan luar negeri untuk melakukan koordinasi riset melalui sistem kolaborasi secara “open source”. IVR Labs menggunakan internet sebagai basis koordinasi kerja, diskusi ilmiah, seminar serta publikasi.

Kegiatan utama IVR Labs adalah melakukan bimbingan jarak jauh bagi mahasiswa dan peneliti muda Indonesia yang berafiliasi di universitas dan lembaga riset di Indonesia untuk menyelesaikan tugas akhir seperti skripsi, tesis maupun disertasi. Melalui IVR Labs para mahasiswa Indonesia bisa memanfaatkan fasilitas riset dan sumber daya iptek lain yang dimiliki oleh universitas dan lembaga riset terkemuka di dunia melalui kolaborasi internasional.

Melalui IVR Labs MITI berusaha memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk melakukan riset kelas dunia, berpartisipasi di forum ilmiah internasional dengan dibimbing langsung oleh ilmuwan Indonesia di luar negeri. Bagi ilmuwan Indonesia di luar negeri IVR Labs bias menjadi ruang untuk memberikan kontribusi mereka bagi pengembangan riset dan pendidikan di dalam negeri sambil tetap berada di luar negeri.

Saat ini sudah terdaftar kurang lebih 50 doktor di berbagai bidang keilmuan yang berafiliasi di universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia. MITI mentargetkan akan menjaring sebanyak 500 doktor Indonesia yang tersebar di seluruh dunia dan menghubungkannya dengan ribuan anggota MITI-Mahasiswa yang tersebar di 50 kampus dan 26 provinsi di seluruh Indonesia.

Sistem IVR Labs yang dikembangkan MITI bisa menjadi cara yang paling efisien dengan biaya yang sangat murah untuk mendorong pengembangan iptek di dalam negeri dengan memanfaatkan fasilitas dan sumber daya riset yang dimiliki institusi di luar negeri melalui kolaborasi dunia maya.

Selama ini banyak universitas dan lembaga riset dunia yang mengalami kemunduran akibat kurangnya sumber daya manusia, sementara salah satu kendala kurang berkembangnya riset di dalam negeri adalah kurangnya fasilitas dan minimnya sumber daya ilmiah lain. Dengan IVR Labs MITI berusaha membangun jembatan antara institusi riset di dalam dan luar negeri untuk menciptakan kolaborasi melalui dunia maya yang murah, mudah dan saling menguntungkan. IVR Labs diharapkan juga akan mendorong percepatan tercapainya upaya mengembangkan universitas riset di universitas-universitas Indonesia

Founder Web Ini adalah:


Angga Fuja W. dan Para Rangers, Semangat dan Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar