Bandung High Science Technology and Art Valley (Riset, Inovasi dan Pengembangan)
Sabtu, 12 Desember 2009
Senin, 07 Desember 2009
IT TELKOM-UPI Alliance in Edutainment
Edutainment Cyber Laboratory
1. Dian Hadiana
2. Arip Nurahman
Vision
Inovasi, Penelitian, Pengembangan Film dan Multimedia Pendidikan
Mission
Mission
Fokus
Program
1.
2.
3.
4.
Perbaikan:
Ke-1: April 2010
Label:
Arip Nurahman
Rabu, 18 November 2009
Persahabatan Mahasiswa UNSOED-UPI
Visi
Bekerja Sama untuk Masa Depan Yang Lebih Baik
Bekerja Sama untuk Masa Depan Yang Lebih Baik
dan
Misi
1. Akdemik
2. Penelitian
3. Pengabdian Terhadap Masyarakat
1. Akdemik
2. Penelitian
3. Pengabdian Terhadap Masyarakat
Pendiri:
Galih Rakasiwi
Ade Akhyar Nurdin
Arip Nurahman
Ismail M.S.
Kerja Sama yang Mungkin d Masa Depan dalam bidang Ilmu Fisika
1. Bidang Nano Technology
2. Bidang Energi Alternative
3. Bidang Pengembangan Pembelajaran Fisika dan Pencarian Beasiswa dalam dan Luar Negeri.
Oleh: Galih Rakasiwi, S.Si
Berbicara
Ada juga yang pasrah karena menganggap fisika hanyalah milik orang-orang yang serius, cerdas, gila matematika, dan pada umumnya "kurang gaul". Bahkan, tidak sedikit yang beranggapan bahwa menjadikan fisika sebagai karir hidup adalah pilihan yang salah karena "masuknya" mudah tapi "keluarnya" susah. Dengan kata lain, menjadi mahasiswa fisika tidaklah sulit tapi lulusnya setengah mati dan kerjanya paling-paling menjadi guru atau kalau beruntung bisa menjadi dosen.
Tapi sebenarnya Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan atau ditulis pada telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami fenomena-fenomena alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut.
Belajar fisika memang tidak mudah, tapi dengan melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan untuk berpikir bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi petualangan yang menyenangkan bagi siapapun.
Sungai Gorge di Afrika Selatan menyimpan keindahan tiada tara. Banyak sekali fenomena fisika yang membuat pemandangan diatas begitu mempesona: Hukum pemantulan dan pembiasan menghasilkan gambaran 'gunung terbalik' yang terlihat diatas permukaan sungai. Polarisasi cahaya matahari oleh molekul diudara memberikan pemandangan biru yang sangat serasi...
dengan warna hijau dan coklat muda. Tiupan angin akibat adanya perbedaan tekanan udara menggerakan dedaunan pohon secara terirama. Tampak seekor hewan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk mempertahankan kehidupan, suatu proses mengurangi entropi (ketidakteraturan) dengan cara menambah energi dalam hewan. Bukankah fisika itu indah?
1. Bidang Nano Technology
2. Bidang Energi Alternative
3. Bidang Pengembangan Pembelajaran Fisika dan Pencarian Beasiswa dalam dan Luar Negeri.
Oleh: Galih Rakasiwi, S.Si
Berbicara
tentang fisika dapat menimbulkan tanggapan yang beragam. Bukan gosip lagi kalau fisika merupakan salah satu "hantu" yang ditakuti oleh banyak pelajar, baik itu di tingkat menengah, umum, dan bahkan di perguruan tinggi. Sebagian orang menghafalkan rumus-rumus fisika layaknya buku sejarah tanpa menyadari maknanya.
Ada juga yang pasrah karena menganggap fisika hanyalah milik orang-orang yang serius, cerdas, gila matematika, dan pada umumnya "kurang gaul". Bahkan, tidak sedikit yang beranggapan bahwa menjadikan fisika sebagai karir hidup adalah pilihan yang salah karena "masuknya" mudah tapi "keluarnya" susah. Dengan kata lain, menjadi mahasiswa fisika tidaklah sulit tapi lulusnya setengah mati dan kerjanya paling-paling menjadi guru atau kalau beruntung bisa menjadi dosen.
Tapi sebenarnya Fisikawan tidak membuat rumus-rumus untuk dihafalkan atau ditulis pada telapak tangan. Rumus-rumus dibuat untuk memahami fenomena-fenomena alam dalam bentuk yang ringkas, indah, universal, dan berguna untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut fenomena tersebut.
Belajar fisika memang tidak mudah, tapi dengan melepaskan diri dari pemikiran yang dogmatis dan keinginan untuk berpikir bebas, imajinasi akan muncul dan bisa menjadi petualangan yang menyenangkan bagi siapapun.
Sungai Gorge di Afrika Selatan menyimpan keindahan tiada tara. Banyak sekali fenomena fisika yang membuat pemandangan diatas begitu mempesona: Hukum pemantulan dan pembiasan menghasilkan gambaran 'gunung terbalik' yang terlihat diatas permukaan sungai. Polarisasi cahaya matahari oleh molekul diudara memberikan pemandangan biru yang sangat serasi...
dengan warna hijau dan coklat muda. Tiupan angin akibat adanya perbedaan tekanan udara menggerakan dedaunan pohon secara terirama. Tampak seekor hewan mengkonsumsi makanan dan minuman untuk mempertahankan kehidupan, suatu proses mengurangi entropi (ketidakteraturan) dengan cara menambah energi dalam hewan. Bukankah fisika itu indah?
Dahsyatnya Elektromagnetik
oleh: Galih Rakasiwi, S.Si.
Begitu dahsyatnya sehingga para ilmuwan di NASA (National Aeronautics and Space Admistration) mulai berpikir untuk memanfaatkannya sebagai tenaga yang bisa ‘melemparkan’ pesawat luar angkasa ke luar atmosfer bumi! Kenapa sampai muncul ide ini? Bukankah mesin roket yang biasanya digunakan untuk mengirim pesawat-pesawat ke luar bumi sudah cukup berhasil? Sebenarnya semua mesin roket yang sudah digunakan maupun yang sedang dikembangkan saat ini tetap membutuhkan bahan khusus sebagai pendorongnya. Bahan-bahan propellant ini bisa berupa bahan kimia seperti yang sudah banyak digunakan, bisa juga berupa hasil reaksi fusi nuklir yang teknologinya dikembangkan di awal abad 21 ini. Ada lagi berbagai teknologi inovatif seperti light propulsion dan antimatter propulsion.
Penggunaan propellant ini sebenarnya sangat membatasi kecepatan dan jarak maksimum yang dapat dicapai pesawat. Karena itulah muncul ide untuk mengirimkan pesawat luar angkasa menggunakan teknologi yang sama sekali tidak melibatkan propellant. Sistem apa yang bisa ‘melemparkan’ pesawat yang begitu besar dan berat ke luar angkasa tanpa menggunakan propellant sama sekali? Hanya Elektromagnetika yang bisa menjawabnya!
Elektromagnetika merupakan penggabungan listrik dan magnet. Sewaktu kita mengalirkan listrik pada sebuah kawat kita bisa menciptakan medan magnet. Listrik dan magnet benar-benar tidak terpisahkan kecuali dalam superkonduktor tipe I yang menunjukkan Efek Meissner (bahan superkonduktor dapat meniadakan medan magnet sampai pada batas tertentu). Ini bisa dibuktikan dengan cara meletakkan kompas di dekat kawat tersebut. Jarum penunjuk pada kompas akan bergerak karena kompas mendeteksi adanya medan magnet. Elektromagnetika sudah banyak dimanfaatkan dalam membuat mesin motor, kaset, video, speaker (alat pengeras suara), dan sebagainya. Sekarang giliran proyek luar angkasa yang ingin memanfaatkan kedahsyatannya!
David Goodwin dari Office of High Energy and Nuclear Physics di Amerika adalah orang yang mengusulkan ide electromagnetic propulsion ini. Saat sebuah elektromagnet didinginkan sampai suhu sangat rendah terjadi sesuatu yang ‘tidak biasa’. Jika kita mengalirkan listrik pada magnet yang super dingin tersebut kita bisa mengamati terjadinya getaran (vibration) selama beberapa nanodetik (1nanodetik = 10-9 detik) sebelum magnet itu menjadi superkonduktor. Menurut Goodwin, walaupun getaran ini terjadi hanya selama beberapa nanodetik saja, kita tetap dapat memanfaatkan keadaan unsteady state (belum tercapainya keadaan tunak) ini. Jika getaran-getaran yang tercipta ini dapat diarahkan ke satu arah yang sama maka kita bisa mendapatkan kekuatan yang cukup untuk ‘melempar’ sebuah pesawat ruang angkasa. Kekuatan ini tidak hanya cukup untuk ‘melempar’ secara asal-asalan, tetapi justru pesawat ruang angkasa bisa mencapai jarak maksimum yang lebih jauh dengan kecepatan yang lebih tinggi dari segala macam pesawat yang menggunakan propellant.
Untuk menerangkan idenya, Goodwin menggunakan kumparan kawat (solenoid) yang disusun dari kawat magnet superkonduktor yang dililitkan pada batang logam berbentuk silinder. Kawat magnetik yang digunakan adalah logam paduan niobium dan timah. Elektromagnet ini menjadi bahan superkonduktor setelah didinginkan menggunakan helium cair sampai temperatur 4 K (-269oC). Pelat logam di bawah solenoida berfungsi untuk memperkuat getaran yang tercipta. Supaya terjadi getaran dengan frekuensi 400.000 Hz, perlu diciptakan kondisi asimetri pada medan magnet. Pelat logam (bisa terbuat dari bahan logam aluminium atau tembaga) yang sudah diberi tegangan ini diletakkan secara terpisah (isolated) dari sistem solenoida supaya tercipta kondisi asimetri.
Selama beberapa mikrodetik sebelum magnet mulai berosilasi ke arah yang berlawanan, listrik yang ada di pelat logam harus dihilangkan. Tantangan utama yang masih harus diatasi adalah teknik untuk mengarahkan getaran-getaran yang terbentuk pada kondisi unsteady ini supaya semuanya bergerak pada satu arah yang sama. Untuk itu kita membutuhkan alat semacam saklar (solid-state switch) yang bisa menyalakan dan mematikan listrik 400.000 kali per detik (yaitu sesuai dengan frekuensi getaran). Solid-state switch ini pada dasarnya bertugas untuk mengambil energi dari keadaan tunak dan mengubahnya menjadi pulsa listrik kecepatan tinggi (dan mengandung energi tinggi) sampai 400.000 kali per detiknya.
Energi yang digunakan untuk sistem elektromagnetik ini berasal dari reaktor nuklir (300 kW) milik NASA. Reaktor ini menghasilkan energi panas melalui reaksi fisi nuklir. Reaksi fisi nuklir ini melibatkan proses pembelahan atom yang disertai radiasi sinar gamma dan pelepasan kalor (energi panas) dalam jumlah sangat besar. Reaktor nuklir yang menggunakan ¾ kg uranium (U-235) bisa menghasilkan kalor yang jumlahnya sama dengan kalor yang dihasilkan oleh pembakaran 1 juta galon bensin (3,8 juta liter).
Energi panas yang dihasilkan reaktor nuklir ini kemudian dikonversi menjadi energi listrik yang bisa digunakan untuk sistem electromagnetic propulsion ini. Ketika digunakan dalam pesawat luar angkasa, ¾ kg uranium sama sekali tidak memakan tempat karena hanya membutuhkan ruangan sebesar bola baseball. Dengan massa dan kebutuhan ruang yang jauh lebih kecil dibandingkan mesin roket yang biasanya digunakan untuk mengirim pesawat ke luar angkasa, pesawat yang menggunakan sistem elektromagnetik ini dapat mencapai kecepatan maksimal yang jauh lebih tinggi sehingga bisa mencapai lokasi yang lebih jauh pula.
Menurut Goodwin pesawat dengan teknologi elektromagnetik ini dapat mencapai titik heliopause yang merupakan tempat pertemuan angin yang berasal dari matahari (solar wind) dengan angin yang berasal dari bintang di luar sistem tatasurya kita (interstellar solar wind). Heliopause terletak pada jarak sekitar 200 AU (Astronomical Unit) dari matahari. 1 AU merupakan jarak rata-rata bumi dari matahari yaitu sekitar 1,5.108 km. Planet terjauh dalam sistem tatasurya kita saja hanya berjarak 39,53 AU dari matahari. Semua pesawat luar angkasa yang menggunakan propellant tidak bisa mencapai jarak sejauh itu!
Tentu saja pesawat yang dipersenjatai elektromagnetik yang dahsyat ini masih sangat jauh dari sistem ideal yang kita inginkan. Karena walaupun pesawatnya bisa mencapai kecepatan sangat tinggi, kecepatan itu masih sangat kecil dibandingkan kecepatan cahaya (300.000 km per detik). Kecepatan maksimum yang bisa dicapai sistem ini masih di bawah 1% kecepatan cahaya. Padahal bintang yang terdekat dengan sistem tatasurya kita berada pada jarak lebih dari 4 tahun cahaya (1 tahun cahaya = 300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365 hari/tahun = 9,4608.1012 km). Perjalanan terjauh yang pernah ditempuh manusia adalah 400.000 km (yaitu perjalanan ke bulan).
Jika kita ingin mengirim pesawat tanpa awak pun kita masih membutuhkan ratusan tahun sebelum pesawat tersebut bisa mencapai bintang terdekat. Itu pun karena pesawatnya menggunakan teknologi elektromagnetik! Dengan pesawat yang menggunakan propellant bahan kimia kita baru bisa mencapai bintang terdekat dalam waktu puluhan ribu tahun. Jika kita ingin mencapai bintang terdekat dalam waktu lebih cepat seperti dalam film Star Trek kita membutuhkan teknologi yang bisa melampaui kecepatan cahaya. Selama teknologi itu masih
belum bisa dikembangkan, kita bisa memanfaatkan dulu teknologielektromagnetik yang ternyata memberikan alternatif yang cukup menjanjikan walaupun belum bisa mewujudkan impian kita untuk menjelajahi jagad raya.
Penggunaan propellant ini sebenarnya sangat membatasi kecepatan dan jarak maksimum yang dapat dicapai pesawat. Karena itulah muncul ide untuk mengirimkan pesawat luar angkasa menggunakan teknologi yang sama sekali tidak melibatkan propellant. Sistem apa yang bisa ‘melemparkan’ pesawat yang begitu besar dan berat ke luar angkasa tanpa menggunakan propellant sama sekali? Hanya Elektromagnetika yang bisa menjawabnya!
Elektromagnetika merupakan penggabungan listrik dan magnet. Sewaktu kita mengalirkan listrik pada sebuah kawat kita bisa menciptakan medan magnet. Listrik dan magnet benar-benar tidak terpisahkan kecuali dalam superkonduktor tipe I yang menunjukkan Efek Meissner (bahan superkonduktor dapat meniadakan medan magnet sampai pada batas tertentu). Ini bisa dibuktikan dengan cara meletakkan kompas di dekat kawat tersebut. Jarum penunjuk pada kompas akan bergerak karena kompas mendeteksi adanya medan magnet. Elektromagnetika sudah banyak dimanfaatkan dalam membuat mesin motor, kaset, video, speaker (alat pengeras suara), dan sebagainya. Sekarang giliran proyek luar angkasa yang ingin memanfaatkan kedahsyatannya!
David Goodwin dari Office of High Energy and Nuclear Physics di Amerika adalah orang yang mengusulkan ide electromagnetic propulsion ini. Saat sebuah elektromagnet didinginkan sampai suhu sangat rendah terjadi sesuatu yang ‘tidak biasa’. Jika kita mengalirkan listrik pada magnet yang super dingin tersebut kita bisa mengamati terjadinya getaran (vibration) selama beberapa nanodetik (1nanodetik = 10-9 detik) sebelum magnet itu menjadi superkonduktor. Menurut Goodwin, walaupun getaran ini terjadi hanya selama beberapa nanodetik saja, kita tetap dapat memanfaatkan keadaan unsteady state (belum tercapainya keadaan tunak) ini. Jika getaran-getaran yang tercipta ini dapat diarahkan ke satu arah yang sama maka kita bisa mendapatkan kekuatan yang cukup untuk ‘melempar’ sebuah pesawat ruang angkasa. Kekuatan ini tidak hanya cukup untuk ‘melempar’ secara asal-asalan, tetapi justru pesawat ruang angkasa bisa mencapai jarak maksimum yang lebih jauh dengan kecepatan yang lebih tinggi dari segala macam pesawat yang menggunakan propellant.
Untuk menerangkan idenya, Goodwin menggunakan kumparan kawat (solenoid) yang disusun dari kawat magnet superkonduktor yang dililitkan pada batang logam berbentuk silinder. Kawat magnetik yang digunakan adalah logam paduan niobium dan timah. Elektromagnet ini menjadi bahan superkonduktor setelah didinginkan menggunakan helium cair sampai temperatur 4 K (-269oC). Pelat logam di bawah solenoida berfungsi untuk memperkuat getaran yang tercipta. Supaya terjadi getaran dengan frekuensi 400.000 Hz, perlu diciptakan kondisi asimetri pada medan magnet. Pelat logam (bisa terbuat dari bahan logam aluminium atau tembaga) yang sudah diberi tegangan ini diletakkan secara terpisah (isolated) dari sistem solenoida supaya tercipta kondisi asimetri.
Selama beberapa mikrodetik sebelum magnet mulai berosilasi ke arah yang berlawanan, listrik yang ada di pelat logam harus dihilangkan. Tantangan utama yang masih harus diatasi adalah teknik untuk mengarahkan getaran-getaran yang terbentuk pada kondisi unsteady ini supaya semuanya bergerak pada satu arah yang sama. Untuk itu kita membutuhkan alat semacam saklar (solid-state switch) yang bisa menyalakan dan mematikan listrik 400.000 kali per detik (yaitu sesuai dengan frekuensi getaran). Solid-state switch ini pada dasarnya bertugas untuk mengambil energi dari keadaan tunak dan mengubahnya menjadi pulsa listrik kecepatan tinggi (dan mengandung energi tinggi) sampai 400.000 kali per detiknya.
Energi yang digunakan untuk sistem elektromagnetik ini berasal dari reaktor nuklir (300 kW) milik NASA. Reaktor ini menghasilkan energi panas melalui reaksi fisi nuklir. Reaksi fisi nuklir ini melibatkan proses pembelahan atom yang disertai radiasi sinar gamma dan pelepasan kalor (energi panas) dalam jumlah sangat besar. Reaktor nuklir yang menggunakan ¾ kg uranium (U-235) bisa menghasilkan kalor yang jumlahnya sama dengan kalor yang dihasilkan oleh pembakaran 1 juta galon bensin (3,8 juta liter).
Energi panas yang dihasilkan reaktor nuklir ini kemudian dikonversi menjadi energi listrik yang bisa digunakan untuk sistem electromagnetic propulsion ini. Ketika digunakan dalam pesawat luar angkasa, ¾ kg uranium sama sekali tidak memakan tempat karena hanya membutuhkan ruangan sebesar bola baseball. Dengan massa dan kebutuhan ruang yang jauh lebih kecil dibandingkan mesin roket yang biasanya digunakan untuk mengirim pesawat ke luar angkasa, pesawat yang menggunakan sistem elektromagnetik ini dapat mencapai kecepatan maksimal yang jauh lebih tinggi sehingga bisa mencapai lokasi yang lebih jauh pula.
Menurut Goodwin pesawat dengan teknologi elektromagnetik ini dapat mencapai titik heliopause yang merupakan tempat pertemuan angin yang berasal dari matahari (solar wind) dengan angin yang berasal dari bintang di luar sistem tatasurya kita (interstellar solar wind). Heliopause terletak pada jarak sekitar 200 AU (Astronomical Unit) dari matahari. 1 AU merupakan jarak rata-rata bumi dari matahari yaitu sekitar 1,5.108 km. Planet terjauh dalam sistem tatasurya kita saja hanya berjarak 39,53 AU dari matahari. Semua pesawat luar angkasa yang menggunakan propellant tidak bisa mencapai jarak sejauh itu!
Tentu saja pesawat yang dipersenjatai elektromagnetik yang dahsyat ini masih sangat jauh dari sistem ideal yang kita inginkan. Karena walaupun pesawatnya bisa mencapai kecepatan sangat tinggi, kecepatan itu masih sangat kecil dibandingkan kecepatan cahaya (300.000 km per detik). Kecepatan maksimum yang bisa dicapai sistem ini masih di bawah 1% kecepatan cahaya. Padahal bintang yang terdekat dengan sistem tatasurya kita berada pada jarak lebih dari 4 tahun cahaya (1 tahun cahaya = 300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365 hari/tahun = 9,4608.1012 km). Perjalanan terjauh yang pernah ditempuh manusia adalah 400.000 km (yaitu perjalanan ke bulan).
Jika kita ingin mengirim pesawat tanpa awak pun kita masih membutuhkan ratusan tahun sebelum pesawat tersebut bisa mencapai bintang terdekat. Itu pun karena pesawatnya menggunakan teknologi elektromagnetik! Dengan pesawat yang menggunakan propellant bahan kimia kita baru bisa mencapai bintang terdekat dalam waktu puluhan ribu tahun. Jika kita ingin mencapai bintang terdekat dalam waktu lebih cepat seperti dalam film Star Trek kita membutuhkan teknologi yang bisa melampaui kecepatan cahaya. Selama teknologi itu masih
belum bisa dikembangkan, kita bisa memanfaatkan dulu teknologielektromagnetik yang ternyata memberikan alternatif yang cukup menjanjikan walaupun belum bisa mewujudkan impian kita untuk menjelajahi jagad raya.
Semangat Semoga Bermanfaat
Label:
Arip Nurahman
Senin, 19 Oktober 2009
Duduluran IPDN-UPI
Visi
"Ngarojong Pamarentahan Anu Beresih tur Wiabawa"
Misi
1. Pendidikan dan Pelatihan Pemerintahan yang Baik dan Maju
2. Birokrasi yang Bersih, Cepat dan Efisien
3. LITBANG Ilmu Pemerintahan
Pendiri:
1. Irfan F
2. Arip Nurahman
Label:
Arip Nurahman
Sabtu, 19 September 2009
Jumat, 21 Agustus 2009
Kamis, 20 Agustus 2009
Rabu, 19 Agustus 2009
Selasa, 18 Agustus 2009
Kamis, 23 Juli 2009
ITB-UPI Alliance for Informatics Education
Socrates Digital Laboratory for Informatics Education Development
Engineering Informatics is an engineering discipline combining information technology (IT) – or informatics – with engineering concepts; It is an interdisciplinary scientific area focusing on the application of advanced computing, information and communication technologies to engineering.
Wikipedia
Engineering technology areas
It encompasses engineering technology areas in:
- Distributed Engineering and Business Services
- Sensing, Monitoring, Control and Structural Dynamics
- Human and Social Modelling for Design Simulations
- Computational Engineering
- Networking computing for Engineering
- IT Applications in Engineering
- Systems and Network Technologies
- Interactive Media and Internet Development
- Logistics Management
Wikipedia
Label:
ITB-UPI Alliance
Rabu, 22 Juli 2009
STSN & UPI Alliance for Quantum Relativistic Computing
Digital Laboratory for Quantum Information Sciences
STSN-UPI-CAMBRIDGE-CALTECH-OXFORD-
MIT-HARVARD UNIVERSITY
CENTRAL FOR INNOVATION, RESEARCH AND DEVELOPMENT
IN QUANTUM COMPUTING
Amin Semoga 20 tahun mendatang Institusi ini dapat
Lahir dan dibangun!
~16-07-2009~
Visi
Ikut Berperan serta dalam Inovasi, Penelitian dan Pengembangan serta
Pendidikan Quantum Relativistic Information Sciences and Engineering
Misi
1. Quantum mechanics
2. Quantum clock
3. Quantum computing
4. Quantum statistical mechanics
5. POVM (positive operator value measure)
6. Information theory
7. International Journal of Quantum Information
Head of the Division
Rickyaji Pratama
(STSN)
Rickyaji Pratama
(STSN)
Oleh: Ricky Aji Pratama
Dalam bahasa C, operasi file memiliki beberapa bentuk yaitu :
• fopen()
merupakan salah satu operasi file yang berfungsi untuk mengkaktifkan sebuah file. hal ini dailakukan agar file tersebut dapat diakses.
Contoh : FILE *fopen(char *namafile, char *mode);
• fclose()
merupakan salah satu operasi file yang berfungdi untuk menutup suatu file, hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan jumlah file yang dapat diakses secara serentak. file yang tidk lagi digunakan sebaiknya ditutup.
Contoh : int fclose(FILE *pf);
• fscanf()
merupakan suatu operasi file yang berguna untuk membaca kembali sebuah data bilangan yang telah disimpa dalam sebuah file dengan keadaan diformat.
Contoh : fscanf(ptr_file, “string kontrol”, daftar argumen);
• fprintf()
berfungsi untuk menimpan seubuah data bilangan dalam sebuah file dalam keadaan diformat.
Contoh : fprintf(ptr_file, “string kontrol”, daftar argumen);
• fgets()
merupakan suatu operasi file yang berfungsi untuk membaca string dari file sampai ditemukannya baris baru (‘\n’) atau setelah n-1 krakter, dengan n adalah panjang maksimal string yang dibaca perwaktu-baca.
Contoh : char *fgets(char *str, int n, FILE *ptr_file);
• fputs()
merupakan salah satu operasi file yang berfungsi untuk menyimpan data bertipe string kedalam file.
Contoh : int fputs(char *str, FILE *ptr_file);
• fgetc()
meupakan suatu operasi file yang berfungsi untuk membaca suatu karakter dari sebuah file.
Contoh :
• fputc()
merupakan operasi file yang berguna untuk menyimpan sebuah karakter kedalam file.
Contoh :
• fread()
merupakan suatu fungsi yang memungkinkan untuk membaca data file dalam bentuk kesatuan blok ( sejumlah byte ), misalnya untuk membaca sebuah data bertipe float.
Contoh : int fread(void *buffer, int n, FILE *ptr_file);
• fwrite()
merupakan suatu fungsi yang memungkinkan untuk menyimpan data file dalam bentuk kesatuan blok ( sejumlah byte ), misalnya untuk menyimpan sebuah data bertipe float.
Contoh : int fwrite(void *buffer, int jum_byte, int n, FILE *ptr_file);
• fseek()
merupakan suatu operasi file yang berfungsi untuk menempatkan penunjuk file kesuatu lokasi dalam file berdasarkan ofset dan posisi. Dapat juga digunakan untuk membaca data secara acak dan memungkinkan juga untuk melakukan pengubahan data secara acak.
Contoh : int fseek(FILE *ptr_file, long int ofset, int posisi)
• feof()
merupkan suatu operasi file yang berfungsi untuk mendeteksi akhir dari suatu file. Keliuaran feof() berupa nilai null (“”) jika operasi pembacaan yang terakhir (misalnya getw()) membaca tanda akhir file.
Contoh : int feof(FILE *ptr_file);
Adapun beberapa jenis mode yang dapat digunakan untuk pemrosesan file tersebut adalah :
Mode
|
Arti
|
r
| Membuka sebuah file teks untuk pembacaan |
w
| Membuat sebuah file teks untuk penulisan |
a
| Menambahkan data ke sebuah file teks |
rb
| Membuka sebuah file binary untuk pembacaan |
wb
| Membuat sebuah file binary untuk penulisan |
ab
| Menambahkan data ke sebuah file binary |
r+
| Membuka sebuah file teks untuk pembacaan/penulisan |
w+
| Membuat sebuah file teks untuk pembacaan/penulisan |
a+
| Menambahkan data/membuat file teks untuk pembacaan/penulisan |
r+b atau rb+
| Membuka sebuah file binary untuk pembacaan/penulisan |
w+b atau wb+
| Membuat sebuah file binary untuk pembacaan/penulisan |
a+b atau ab+
| Menambahkan data ke file binary untuk pembacaan/penulisan |
Sources from Cornell University Library
Nonlinear Sciences
- Nonlinear Sciences (nlin new, recent, find)
includes (see detailed description): Adaptation and Self-Organizing Systems; Cellular Automata and Lattice Gases; Chaotic Dynamics; Exactly Solvable and Integrable Systems; Pattern Formation and Solitons
Computer Science
- Computing Research Repository (CoRR new, recent, find)
includes (see detailed description): Architecture; Artificial Intelligence; Computation and Language; Computational Complexity; Computational Engineering, Finance, and Science; Computational Geometry; Computer Science and Game Theory; Computer Vision and Pattern Recognition; Computers and Society; Cryptography and Security; Data Structures and Algorithms; Databases; Digital Libraries; Discrete Mathematics; Distributed, Parallel, and Cluster Computing; Formal Languages and Automata Theory; General Literature; Graphics; Human-Computer Interaction; Information Retrieval; Information Theory; Learning; Logic in Computer Science; Mathematical Software; Multiagent Systems; Multimedia; Networking and Internet Architecture; Neural and Evolutionary Computing; Numerical Analysis; Operating Systems; Other Computer Science; Performance; Programming Languages; Robotics; Software Engineering; Sound; Symbolic Computation
Sources From Center for Quantum Computing
What We Do
The discovery that quantum physics allows fundamentally new modes of information processing has required the existing theories of computation, information and cryptography to be superseded by their quantum generalisations. The Centre for Quantum Computation, part of the University of Cambridge, and based within the Department for Applied Maths and Theoretical Physics, conducts theoretical research into all aspects of quantum information processing, and into the implications of the quantum theory of computation for physics itself.
- Introductions to Quantum Information
- Part III Lectures
- Video Lectures
- Tim Gowers
- David Deutsch
- Fujitsu Seminars - CQC Members
- Forthcoming Events
- Quantiki (the quantum information wiki)
- Graduate Applications
Quantum Information Science
An Emerging Field of Interdisciplinary Research and Education in Science and Engineering
PREFACE
EXECUTIVE SUMMARY
INTRODUCTION
BIRTH OF A NEW SCIENCE
Compressibility and Capacity
- Quantum Entanglement
- Quantum Key Distribution
- Models of Quantum Computation
- Quantum Complexity Classes
- Quantum Searching and Lower Bounds
- Quantum Communication Complexity
- Quantum Error-correcting Codes
- Fault-tolerant Quantum Computation
- Quantum Information Processing in AMO Physics
- Nuclear Magnetic Resonance and Quantum Computation
CHALLENGES AND OPPORTUNITIES
New Quantum Algorithms
- Quantum Simulation
- Complexity Theory
- Quantum Cryptography
- Complexity-based Cryptography
- Quantum Error Correction and Fault Tolerance
- Precision Measurement and Quantum Control
- Many-party Quantum Entanglement
- The Quantum — Classical Boundary
- Quantum Information and Fundamental Physics
- Quantum Information Processing with Atoms and Photons
- Quantum Information Processing in Condensed Matter
- Toward Scalable NMR quantum computation
QUANTUM INFORMATION, CURIOSITY, AND COMMUNITY
FOSTERING THE CONTINUED SUCCESS OF QUANTUM INFORMATION SCIENCE
THE ROLE OF NSF
AGENDA
QUANTUM INFORMATION SCIENCE WORKSHOP ATTENDEES
Label:
STSN and UPI Alliance
Kamis, 18 Juni 2009
Kerjasama LITBANG Antar Universitas
Bekerjasama dengan Universitas dalam negeri dalam bidang Inovasi, Riset dan Pengembangan dari para mahasiswanya. The Big 18 in Indonesia. (IR&D Students Alliance) UPI, UI, UGM, ITB, IPB, ITS, UNPAD, POLBAN, IT TELKOM, TRISAKTI, IAIN, Pelita Harapan, UNSOED, UNHAS, UNCEN, Universitas Sriwijaya, Universitas Mulawarman, Perguruan Tinggi Kedinasan Indonesia.
Berikut adalah daftar perguruan tinggi kedinasan di Indonesia, disusun berdasarkan nama departemen/kementerian/LPND yang membawahi.
Daftar isi
Semangat Semoga Kita Bisa
- Daftar perguruan tinggi negeri di Indonesia
- Daftar perguruan tinggi swasta di Indonesia
- Daftar perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia
- Daftar perguruan tinggi Islam swasta di Indonesia
- Daftar perguruan tinggi kedinasan di Indonesia
Berikut adalah daftar perguruan tinggi negeri di Indonesia, di bawah pengelolaan Departemen Pendidikan Nasional. Daftar ini tidak mencakup perguruan tinggi keagamaan di bawah pengelolaan Departemen Agama dan perguruan tinggi kedinasan yang dikelola oleh Departemen/Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non Departemen lainnya.
Sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perguruan tinggi dapat berbentuk Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, atau Akademi.
Daftar perguruan tinggi kedinasan di Indonesia
Berikut adalah daftar perguruan tinggi kedinasan di Indonesia, disusun berdasarkan nama departemen/kementerian/LPND yang membawahi.
Daftar isi
- 1 Badan Intelijen Negara
- 2 Badan Meteorologi Dan Geofisika
- 3 Badan Pertahanan Nasional
- 4 Badan Pusat Pertanahan
- 5 Badan Pusat Statistik
- 6 Badan Tenaga Nuklir Nasional
- 7 Departemen Dalam Negeri
- 8 Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral
- 9 Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia
- 10 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
- 11 Departemen Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
- 12 Departemen Keuangan
- 13 Departemen Kelautan dan Perikanan
- 14 Departemen Kesehatan
- 15 Departemen Luar Negeri
- 16 Departemen Perhubungan
- 17 Departemen Perindustrian RI
- 18 Departemen Sosial
- 19 Kepolisian Negara RI
- 20 Lembaga Administrasi Negara
- 21 Departemen Pertanian ; Perkebunan ; Kehutanan
- 22 Lembaga Sandi Negara Republik Indonesia
Semangat Semoga Kita Bisa
Label:
Guru dan Dosen Profesional
Senin, 01 Juni 2009
Mengenai Bandung Hi-Tech Vallley
Bissmilahirrohmanirrohim!
Assalmulikum wr.wb.
Tentang BHTV
Oleh: Dr. Budi Rahardjo PPAU Mikroelektronika ITB - 1999
Keinginan untuk mengembangkan ekonomi melalui industri ala Silicon Valley bukan merupakan hal yang baru. Sudah puluhan tahun kita mencoba, akan tetapi belum berhasil.
Dan, tidak hanya Indonesia yang mencoba melakukan pendekatan ini. Hampir semua negara ingin memiliki Silicon Valley.
What Does Silicon Valley Have That Others Lack?
Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengadakan sebuah penelitian yang melibatkan konsultan asing yang bertujuan untuk meningkatkan devisa melalui ekspor non-migas. Hasil dari survey tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2010, khususnya di bidang electronics Indonesia harus menghasilkan ekspor sebesar US$ 20 billion.
Pada saat ini (tahun 1999), sektor ini baru menghasilkan US$ 3 billion. Jika angka US$20 billion tersebut terlihat besar, sebetulnya tidak juga.
Negara tetangga kita, Filipina, sektor tersebut sudah mencapi US$ 26 billions.
Maka muncullah konsep BHTV: Bandung High-Tech Valley.
Koridor Elektronika
Konsep dilandaskan oleh adanya sebuah "koridor Cipularang" yang dimulai dari Cilegon, menuju Jakarta, kemudian Cikarang, Purwakarta, Padalarang, dan akhirnya diletakkan "jangkar" di Bandung.
Di sepanjang koridor Cipularang tersebut diharapkan ada industri-industri elektronika yang sifatnya besar (PMA) dan kecil menegah.
Mengapa Bandung Pertanyaan ini sering muncul. Mengapa tidak kota lain?
Ada beberapa hal yang menyebabkan "jangkar", pusat penelitian dan pengembangan diletakkan di Bandung:
* Banyak perguruan tinggi
(ITB, UNPAD, UNPAR, UNISBA, STT Telkom, IKIP dst.) dan
lembaga penelitian (PPAU Mikroelektronika, LIPI, RISTI, MIDC).
* Industri (high-tech) seperti PT Telkom, POS, Telnic, CMI, LEN, dsb.
* Kultur (banyak mahasiswa, kota mahasiswa, toko buku, software, software house, modal ventura) Dalam hal ini sebetulnya Bandung masih belum menjadi seperti Silicon Valley. Justru inilah yang ingin dikembangkan. Kota lainpun dapat dikembangan seperti ini.
Usaha-usaha yang sudah dilakukan Beberapa usaha untuk menjadikan hal ini sudah dijalankan dengan motor dari PPAU Mikroelektronika ITB.
* Mengembangkan Web Site ini sebagai tempat bertukar informasi dan archive site
* Menuliskan beberapa artikel dan proposal
* Mengembangkan diskusi dengan pakar-pakar dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan teknologi.
1 Oktober 1999. Diskusi di PPAU Mikroelektronika ITB atas undangan Kakanwil Deprindag Jawa Barat.
Hadir Deddy Gurnadi (Kakanwil Deprindag) dan staf, Ardiansyah, Suryatin (Risti), Phillip K. (PT Inti), Anima.
28 Agustus 1999. Presentasi dan diskusi dengan Mochtar Riady.
27 Agustus 1999. Presentasi dan diskusi dengan H. Soeharsono Sagir. Sebagian dari tulisan diarchive di web site "Untukmu Indonesia" di bagian Ekonomi.
Diskusi dengan Iskandar Alisyahbana
Sumber:
1. http://indonesia.elga.net.id/bhtv/about.html
2. http://bhtv.blogspot.com/
Senin, 18 Mei 2009
Lagu Sunda Kecapi Suling DI LANGIT BANDUNG
Lagu Sunda Kecapi Suling DI LANGIT BANDUNG
Hayu Urang Ngamumule Budaya Sunda
Hayu Urang Ngamumule Budaya Sunda
Label:
Seni Budaya
Langganan:
Postingan (Atom)